Asal-usul kesenian wayang hingga kini masih belum diketahui secara pasti, Para ahli memperkirakan bahwa wayang sudah ada dan berkembang sejak zaman kuno sekitar 1500 SM, jauh sebelum agama dan budaya dari luar masuk ke Indonesia. Namun, saat itu wayang masih dalam bentuk yang sederhana. Artinya, wayang yang kita lihat sekarang berbeda dengan wayang pada masa lalu
Pertunjukan kesenian wayang ini merupakan sisa-sisa upacara keagamaan orang Jawa, yaitu sisa-sisa dari kepercayaan animism dan dinamisme yang melakukan pemujaan pada roh-roh nenek moyang. Untuk memuja roh nenek moyang itu, mereka mewujudkannya dalam bentuk gambar atau patung yang dipuja dan disebut ‘hyang’ atau ‘dahyang’. Orang bisa berhubungan dengan para hyang melalui seorang ‘syaman’ (dukun). Ritual pemujaan nenek moyang, hyang dan syaman inilah yang merupakan asal mula terjadinya pertunjukan wayang. Sang Hyang menjadi wayangnya, ritual kepercayaan itu menjadi jalan pentas dan syaman menjadi dalangnya.
Rahwana adalah tokoh dalam wiracarita Ramayana yang memiliki sifat-sifat yang tidak patut diteladani. Ia digambarkan sebagai sosok yang jahat, licik, dan ambisius. Rahwana menculik Dewi Sita, yang merupakan tindakan yang tidak bermoral dan melanggar hak asasi manusia.
Tapi Sebagai gantinya, ada banyak tokoh dalam Ramayana yang memiliki sifat-sifat yang patut diteladani. Misalnya, Rama adalah pahlawan yang saleh, bijaksana, dan setia pada nilai-nilai kebajikan. Hanuman adalah sosok yang setia, berani, dan penuh pengabdian. Sita adalah lambang kesetiaan, kesucian, dan keberanian.
Jadi, sebaiknya kita mencari contoh-contoh positif dari tokoh-tokoh lain dalam Ramayana yang dapat menjadi teladan bagi kita dalam kehidupan sehari-hari.